Gara-Gara PSG, Gregory Van Der Wiel Muak Dengan Sepakbola

By ommed


nusakini.com - Gregory van der Wiel telah mengungkapkan bagaimana masa kelamnya di Paris Saint-Germain, tempat di mana awalnya dia bisa menjadi sangat jatuh cinta dengan sepakbola.

Kepindahannya dari Ajax pada musim panas 2012 membuatnya sangat bahagia, apalagi bisa berada satu ruang ganti dengan tim bertabur bintang di Paris.

Dia menghabiskan empat tahun hingga 2016 di Parc des Princes, namun pada akhir kariernya di Paris, dia merasa bahwa dia telah muak dengan olahraga itu dan melimpahkan semua kekesalannya pada PSG.


"Anda mendarat di Prancis, dengan pemain berbeda, pelatih berbeda," katanya dalam wawancara dengan Kick't Net.

"Saya tiba di tim yang bertabur bintang, teman-teman yang sering bermain dengan Anda di Playstation."

"Saya datang ke sini sebagai seorang pria muda, dengan mata terbuka lebar, menjabat tangan mereka. Itu gila, benar-benar luar biasa."


Van Der Wiel mengklaim bahwa dia disodori tawaran perpajangan kontrak baru oleh klub, namun dia menolaknya karena tidak memiliki kepastian menit bermain di PSG.

"Saya menerima tawaran untuk memperpanjang kontrak saya selama tiga tahun, itu benar, tetapi saya memutuskan untuk tidak memperpanjangnya," ungkap Van der Wiel.

"Saya tidak terlalu senang di sana. Saya tidak selalu bermain. Saya tidak memiliki kepastian untuk bermain secara reguler."


Pemain internasional Belanda tersebut menjelaskan masalah-masalah yang membuatnya kesal, hingga akhirnya di lebih memilih hengkang ke Fenerbahce saat kontraknya habis.

"Ada juga insiden di musim terakhir saya yang membuat saya kesal," tambahnya.

"Video Periscope langsung Serge Aurier, misalnya, di mana dia berbicara tentang pelatih [Laurent Blanc] dan saya khususnya, dua atau tiga hari sebelum pertandingan penting Liga Champions melawan Chelsea. Dia dihukum karena itu."

"Semua orang berkata kepada saya, 'Bersiaplah, Anda pasti yang akan bermain'. Tentu saja, itu adalah kesempatan bagi saya. Tetapi, pada akhirnya, saya tidak tampil." 


"Mereka menempatkan Marquinhos di posisi saya meskipun dia adalah bek tengah."

"Itu adalah saat-saat sulit yang saya alami, di mana Anda merasa buruk, dan Anda berkata 'Teman-teman apakah Anda pikir saya seburuk itu sehingga saya menjadi pilihan kedua di bek kanan dengan seorang pemain bek tengah malah mengisi posisi saya?'"

"Itu membuat saya tidak ingin tinggal di sana. Sejujurnya, saat itu saya muak dengan sepakbola." (gi/om)